Saudara-saudari
terkasih, selamat pagi!
Hari
Minggu Paskah III ini berpusat pada pengalaman para murid, seluruhnya
bersama-sama, akan Yesus yang bangkit. Hal ini dibuktikan terutama oleh Injil
(Luk 24:35-48), yang memperkenalkan kepada kita sekali lagi di Ruang Atas, di
mana Yesus menampakkan diri-Nya kepada para Rasul-Nya, menyapa mereka dengan
salam ini : “Damai sejahtera bagi kamu!” (ayat 36). Itulah salam dari Kristus
yang bangkit, yang memberi kita damai sejahtera : “Damai sejahtera bagi kamu!”.
Salam tersebut berkenaan dengan damai sejahtera batiniah, serta damai sejahtera
yang terjalin dalam hubungan dengan orang-orang.
Kisah
yang dipaparkan oleh penginjil Lukas menekankan banyak kenyataan kebangkitan.
Yesus bukan hantu. Pada kenyataannya, kisah tersebut bukan tentang penampakan
roh Yesus, tetapi tentang kehadiran-Nya secara nyata dengan tubuh yang bangkit.
Yesus menyadari bahwa para Rasul terganggu ketika melihat-Nya, bahwa mereka bingung karena kenyataan kebangkitan tidak terbayangkan oleh mereka. Mereka pikir mereka melihat hantu, tetapi Yesus yang bangkit bukan hantu, Ia adalah manusia dengan tubuh dan jiwa. Oleh karena itu, untuk meyakinkan mereka, Ia berkata kepada mereka : “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku" (ayat 39). Dan karena, Injil juga mengatakan sesuatu yang menarik : Sukacita itu yang mereka miliki begitu hebat sehingga mereka tidak dapat percaya akan sukacita ini : Tidak, tidak mungkin! Tidak mungkin begitu!
Begitu banyak sukacita tidaklah mungkin! Dan, untuk meyakinkan mereka, Yesus berkata kepada mereka: “Apakah padamu makanan di sini?” (ayat 41). Mereka menawarkan sepotong ikan goreng; Yesus mengambilnya dan memakannya di depan mereka, untuk meyakinkan mereka.
Desakan Yesus pada kenyataan kebangkitan-Nya menerangi sudut pandang kristiani tentang tubuh : tubuh bukanlah hambatan atau penjara jiwa. Allah telah menciptakan tubuh, dan manusia tidak sempurna kecuali dalam kesatuan tubuh dan jiwa. Yesus, yang telah mengalahkan maut dan telah bangkit dalam tubuh dan jiwa, membuat kita mengerti bahwa kita harus memiliki gagasan positif tentang tubuh kita. Tubuh bisa menjadi kesempatan atau sarana dosa; namun, dosa bukan disebabkan oleh tubuh, melainkan oleh kelemahan moral kita. Tubuh adalah karunia Allah yang luar biasa, ditakdirkan, menyatu dengan jiwa, untuk mengungkapkan dalam kepenuhan gambar dan rupa-Nya. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk memiliki rasa hormat dan perhatian yang besar terhadap tubuh kita dan tubuh orang lain.
Setiap pelanggaran atau luka atau kekerasan terhadap tubuh sesama kita, merupakan penghinaan terhadap Allah Sang Pencipta! Pemikiran saya tertuju, khususnya, kepada anak-anak, para perempuan <dan> orang-orang lanjut usia yang tubuhnya diperlakukan buruk. Dalam tubuh orang-orang ini kita menemukan tubuh Kristus. Yesus, yang terluka, dicemooh, difitnah, dihina, dicambuk <dan> disalibkan ... Yesus telah mengajarkan kasih kepada kita. Kasih yang, dalam kebangkitan-Nya, telah menunjukkan dirinya lebih kuat daripada dosa dan maut, serta Ia ingin menyelamatkan semua orang yang mengalami di dalam tubuh mereka sendiri perbudakan-perbudakan zaman kita.
Di dunia di mana terlalu sering kecongkakan berlaku terhadap orang-orang yang paling lemah dan <ada> materialisme yang mencekik jiwa, Injil hari ini memanggil kita untuk menjadi orang-orang yang mampu melihat secara mendalam, penuh ketakjuban dan sukacita yang besar, karena telah berjumpa dengan Tuhan yang bangkit. Injil hari ini memanggil kita untuk menjadi orang-orang yang tahu bagaimana menerima dan menghargai kebaruan hidup yang ditaburkan-Nya dalam sejarah, mengarahkannya ke langit yang baru dan bumi yang baru. Semoga Bunda Maria, yang kepada pengantaraan keibuannya kita mempercayakan diri kita dengan keyakinan, mendukung kita di jalan ini.
[Setelah pendarasan doa Ratu Surga]
Saudara-saudari terkasih,
Hari ini di Vohipeno, Madagaskar, martir Luciano Botovasoa, ayah dari sebuah keluarga, saksi Kristus yang jelas terhadap pemberian hidupnya yang heroik, dinyatakan sebagai beato. Ditangkap dan dibunuh karena menyatakan keinginannya untuk tetap setia kepada Tuhan dan kepada Gereja, ia mewakili bagi kita semua teladan amal dan ketabahan dalam iman.
Saya
sangat terganggu oleh situasi dunia saat ini, yang di dalamnya, meskipun
aparat-aparat pada tingkat Komunitas Internasional, ada kesulitan dalam
menyetujui tindakan bersama yang mendukung perdamaian di Suriah dan di
wilayah-wilayah lain di dunia. Seraya saya berdoa tanpa henti untuk perdamaian,
dan saya mengundang semua orang yang memiliki kehendak baik untuk terus
melakukannya, saya menyerukan kembali kepada seluruh pemimpin politik, sehingga
keadilan dan perdamaian berlaku.
Saya menerima dengan duka berita tentang pembunuhan tiga pria yang diculik pada akhir Maret di perbatasan antara Ekuador dan Kolombia. Saya mendoakan mereka dan keluarga-keluarga mereka, serta saya dekat dengan rakyat Ekuador yang terkasih, mendorong mereka untuk berjalan maju bersatu dan penuh kedamaian, dengan bantuan Tuhan dan Bunda-Nya yang tersuci.
Saya
mempercayakan kepada doa-doa kalian orang-orang seperti Vincent Lambert di
Prancis, si kecil Alfie Evans di Inggris, dan orang-orang lain di beberapa
negara yang hidup, kadang-kadang untuk waktu yang lama, dalam keadaan sakit
parah, dibantu secara medis untuk kebutuhan utama mereka. Mereka berada dalam
situasi yang sulit, sangat menyakitkan dan rumit. Marilah kita berdoa agar
setiap orang yang sakit selalu dihormati martabatnya dan dirawat dengan cara
yang disesuaikan dengan kondisinya, dengan sumbangsih keluarga yang rukun,
sumbangsih para dokter dan sumbangsih para pekerja kesehatan lainnya, dengan
rasa hormat yang besar terhadap kehidupan.
Saya
menyapa kalian semua dengan penuh kasih sayang, para peziarah dari Italia dan
dari banyak tempat di dunia : keluarga-keluarga, kelompok-kelompok paroki,
sekolah-sekolah <dan> lembaga-lembaga. Saya menyapa, khususnya, umat
California, juga umat Arluno Pontelongo, Scandicci, Genoa-Pegli dan Vibo
Valentia; anak-anak Sekolah "Putri-putri Yesus" dari Modena dan
kelompok "Sahabat-sahabat Paulus VI" dari Pescara.
Saya mengucapkan selamat hari Minggu kepada kalian semua. Dan tolong, jangan lupa doakanlah saya.
Selamat makan siang dan selamat tinggal!