Liturgical Calendar

PESAN PAUS FRANSISKUS UNTUK TAHUN HIDUP BAKTI (30 November 2014–2 Februari 2016)



Saudara dan saudari terkasih dalam Hidup Bakti,
Saya sedang menulis kepada Anda sebagai Pengganti Petrus, yang kepadanya Tuhan mempercayakan tugas menguatkan saudara dan saudari-Nya dalam iman (bdk. Luk 22:32). Tetapi saya juga sedang menulis kepada Anda sebagai seorang saudara yang, seperti diri Anda, adalah pelaku Hidup Bakti.

Bersama
-sama marilah kita bersyukur kepada Bapa, yang memanggil kita untuk mengikuti Yesus dengan sepenuhnya merangkul Injil dan melayani Gereja, dan mencurahkan ke dalam hati kita Roh Kudus, sumber sukacita dan kesaksian kita bagi kasih dan kemurahan Allah di hadapan dunia.

Menanggapi permintaan-permintaan dari Anda kebanyakan dan dari Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, saya memutuskan untuk mencanangkan Tahun Hidup Bakti pada kesempatan ulang tahun kelimapuluh Konstitusi Dogmatis tentang Gereja Lumen Gentium, yang berbicara tentang kaum religius dalam bab keenamnya, dan Keputusan Perfectae Caritatis tentang pembaharuan kehidupan religius. Tahun Hidup Bakti akan dimulai pada 30 November 2014, Minggu Adven I, dan diakhiri dengan Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah pada 2 Februari 2016.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 26 November 2014 : TENTANG PERJALANAN GEREJA MENUJU SURGA


Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi.
Hari ini tidak sangat bagus, tetapi Anda berani, selamat! Kita berharap untuk berdoa bersama hari ini.

Dalam menyajikan Gereja bagi orang-orang zaman kita, Konsili Vatikan II sangat sadar akan sebuah kebenaran dasariah, yang jangan pernah boleh dilupakan: Gereja tidak statis, masih merupakan kenyataan, sebuah akhir dalam dirinya sendiri, tetapi terus sedang melakukan perjalanan dalam sejarah menuju akhir yang indah dan penghabisan yang merupakan Kerajaan Surga, di mana Gereja di bumi adalah benih dan permulaannya (bdk. Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja Lumen Gentium, 5). Ketika kita beralih ke cakrawala ini, kita mencatat bahwa imajinasi kita ditangkap, mengungkapkan dirinya hanya mampu mengintuisi kemegahan misteri yang melampaui indera kita. Dan beberapa pertanyaan muncul secara spontan di dalam diri kita: kapan akan terjadi bagian akhir ini? Akan seperti apakah dimensi baru, yang akan dimasuki Gereja? Kemudian, apa yang akan terjadi pada umat manusia dan pada ciptaan yang mengelilinginya? Tetapi pertanyaan-pertanyaan ini bukan hal baru; mereka sudah diajukan oleh murid-murid Kristus pada waktu itu: "Tetapi kapan hal ini akan terjadi? Kapan akan menjadi kemenangan Roh Kudus atas ciptaan, atas yang diciptakan, atas segala sesuatu ...". Ini adalah pertanyaan-pertanyaan kuno, manusiawi. Kita juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 23 November 2014 : TENTANG ENAM SANTO/SANTA YANG BARU DIKANONISASI


Saudara dan saudari terkasih,
Pada akhir perayaan ini, saya ingin menyambut Anda semua yang telah datang untuk menghormati para santo/santa baru, terutama delegasi resmi dari Italia dan India.


Semoga teladan empat santo/santa Italia [Santo Amato Ronconi; Santo Giovanni Antonio Farina; Santa Nicola da Longobardi dan Santo Ludovico da Casoria], yang lahir di Provinsi Vicenza, Napoli, Cosenza dan Rimini, membantu orang-orang Italia terkasih untuk menghidupkan kembali semangat kerja sama dan keselarasan untuk kebaikan bersama dan untuk melihat dengan harapan ke masa depan, percaya pada kedekatan Allah yang tidak pernah meninggalkan kita, bahkan di saat-saat sulit.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 19 November 2014 : KEKUDUSAN DAPAT DITEMUKAN DALAM KEHIDUPAN BIASA



Saudara dan saudari terkasih,
Sebuah karunia agung Konsili Vatikan II yakni pemulihan visi Gereja yang berlandaskan persekutuan, dan juga mendapatkan kembali prinsip otoritas dan hirarki dalam perspektif ini. Hal ini telah membantu kita untuk memahami dengan lebih baik bahwa semua orang Kristiani, karena dibaptis, memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan dan berbagi panggilan yang sama, yaitu untuk kekudusan (bdk. Konstitusi Lumen Gentium, 39-42). Sekarang kita bertanya kepada diri kita sendiri : apakah panggilan universal menjadi Orang-orang Kudus ini tercakup di dalamnya? Dan bagaimana kita bisa mencapainya?

Pertama-tama kita harus tetap sungguh hadir sehingga kekudusan bukanlah sesuatu yang kita mendapatkan untuk diri kita sendiri; sehingga kita memperoleh dengan kualitas dan kapasitas kita. Kekudusan adalah sebuah karunia, ia adalah sebuah karunia yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita, ketika Ia membawa kita kepada-Nya, mengenakan kita pakaian dengan diri-Nya, dan menyebabkan kita seperti diri-Nya. Dalam Surat kepada jemaat Efesus, Rasul Paulus menegaskan bahwa "Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya" (Ef 5: 25-26). Di sana, kekudusan adalah benar-benar wajah Gereja yang paling indah: menemukan kembali dirinya dalam persekutuan dengan Allah, dalam kepenuhan hidup-Nya dan kasih-Nya. Kita memahami, maka, kekudusan itu bukan hanya hak prerogatif beberapa orang: kekudusan adalah sebuah karunia yang ditawarkan untuk semua orang; tidak seorang pun dikecualikan, ia adalah apa yang merupakan karakter khas setiap orang Kristiani.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 16 November 2014 : PERUMPAMAAN TENTANG TALENTA


Saudara dan saudari terkasih,
Injil hari Minggu ini adalah perumpamaan tentang talenta, yang diambil dari Injil Santo Matius (25:14-30). Perumpamaan tersebut menceritakan tentang seorang yang, sebelum bepergian, memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan mereka dengan hartanya dalam bentuk talenta, mata uang kuno nilai bernilai besar. Tuan itu mempercayakan lima talenta kepada hamba yang pertama, dua talenta kepada hamba yang kedua, dan satu talenta kepada hamba yang ketiga. Selama kepergian tuannya, ketiga hamba harus membuat keberuntungan ini berbuah. Hamba yang pertama dan kedua menggandakan modal awal mereka masing-masing; hamba yang ketiga, namun, karena takut kehilangan segalanya, mengubur talenta yang ia terima di dalam sebuah lubang. Setelah kepulangan tuannya, dua hamba yang pertama menerima pujian dan ganjaran, sementara hamba yang ketiga yang hanya mengembalikan mata uang yang diterima, dimarahi dan dihukum.

BAGAIMANA MARIA DAPAT MENJADI BUNDA ALLAH?



Bagaimana Maria Dapat Menjadi Bunda Allah?* 
(Oleh : Tim Staples**)

Kebanyakan jemaat-jemaat Protestanyang lebih tradisional, mempercayai Bunda Maria adalah Theotokos (Yunani : “pembawa Allah”) atau Bunda Allah. Jika Yesus Kristus sungguh Allah, maka Maria sungguh Bunda Allah. Tetapi jutaan umat lain dalam jemaat-jemaat Fundamentalis dan Evangelis tidak sudi mengikuti orang-orang Katolik dalam merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah.
Keberatan atas dogma iman yang agung ini pada dasarnya ada tiga. Keberatan pertama menyatakan kejelasan. Tidak dijumpai di mana pun dalam Kitab Suci kata-kata “Bunda Allah” yang digunakan untuk menggambarkan Maria. “ Jika ajaran ini sama pentingnya sebagaimana diklaim Katolik Roma, tidakkah seharusnya ada sekurang-kurangannya satu dari para pengarang yang terilhami telah menggunakannya?” Keberatan kedua berakar dalam Luk 1:43 – suatu teks yang digunakan oleh orang-orang Katolik untuk menunjukkan dasar biblis untuk Theotokos – yang di dalamnya Elisabet “berseru [kepada Maria] dengan suara nyaring, ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu! Siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?’”. Kaum fundamentalis menunjukkan teks ini tidak menyebut Maria Bunda Allah, tetapi Ibu Tuhanku. Perjanjian Baru mengunakan istilah “tu(h)an” (Yunani : kurios) kadang-kadang dalam konteks keilahian, tetapi juga menggunakannya dengan kepada pribadi-pribadi manusia dalam berbagai konteks. Perikop dalam Lukas, disangkal, tidak mengacu kepada keilahian Kristus, tetapi kepada kemanusiaan-Nya. Dan akhirnya, keberatan ketiga, kaum Protestan menunjukkan bahwa tidak mungkin bagi Allah untuk memiliki seorang Ibu. “Allah adalah Tritunggal. Jika Maria adalah Bunda Allah, ia adalah bunda Tritunggal. Karena itu, Tritunggal tidak lagi menjadi Tritunggal, tetapi akan menjadi Caturtunggal!”

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM AUDIENSI UMUM 12 November 2014 : PARA USKUP, IMAM DAN DIAKON DIPANGGIL UNTUK MELAYANI DENGAN KERENDAHAN HATI


Saudara dan saudari terkasih,
Dalam katekese sebelumnya kita melihat bagaimana Tuhan terus memberi makan domba-domba-Nya melalui jabatan pelayanan para uskup, yang dibantu oleh para imam dan para diakon. Di dalam merekalah Yesus membuat diri-Nya sendiri hadir, dalam kuasa Roh-Nya, dan terus melayani Gereja, memelihara dalam imannya, harapan dan kesaksian amal. Oleh karena itu, jabatan pelayanan ini merupakan sebuah karunia agung dari Tuhan bagi setiap jemaat Kristiani dan bagi seluruh Gereja, lantaran mereka adalah sebuah tanda hidup kehadiran-Nya dan kasih-Nya.

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 9 November 2014 : TENTANG PESTA PEMBERKATAN BASILIKA LATERAN


Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!
Liturgi hari ini memperingati Pemberkatan Basilika Lateran, Katedral Keuskupan Roma, sehingga tradisi mengartikan sebagai "ibu dari semua Gereja "Urbe et Orbe" [Kota dan Dunia]. Kata "ibu" merujuk tidak hanya pada bangunan besar Basilika yang kudus, tetapi kepada karya Roh Kudus yang diwujudkan dalam gedung ini, berbuah melalui pelayanan Uskup Roma, dalam semua jemaat yang tetap dalam kesatuan dengan Gereja yang dipimpinnya. Kesatuan ini menyajikan sifat sebuah keluarga universal, dan karena ada seorang ibu dalam sebuah keluarga, maka demikian juga Katedral Lateran yang dihormati menjadi seorang "ibu" bagi gereja-gereja dari semua jemaat dunia Katolik.